Senin, 21 April 2014

Biodata Penulis

Daftar Biodata

DATA PERSONAL
Nama lengkap                : Yulianus B. Kolo
Jenis kelamin                : Laki-laki
Tempat & Tgl. Lahir        : Kefamenanu, 27 Januari 1992
Alamat Lengkap             : Jln. Eltari 3, Penfui, Kupang
No. Telp                        : 082359259636
Agama                          : Katolik
Status Perkawinan        : Belum Nikah
Tinggi Badan                  : 165 cm
Warna Kulit                   : Sawo Matang
Hobby                           : Berolahraga
Kewarganegaraan          : Indonesia
E-mail                           : Vhythofk@gmail.com
Facebook                       : Aquarius Iiant De Jeneirro
website                         : http://vhyto.blogspot.com

SD                                : SDK Yaperna Oenenu (1998-1999), SD Negeri Baat (1999-2005)
SMP                              : SMP Negeri 2 Insana (2005-2008)
SMA                              : SMA Negeri 1 Kefamenanu (2008-2011)
Pendidikan Saat ini         : Jurusan Pend. Sejarah, FKIP, Universitas Nusa Cendana (2011 – Sekarang)

DATA KELUARGA
Nama Ayah                    : Lambertus Naipoen
Nama Ibu                      : Petronela Boki
Saudara/i                     : Valeria L. Kolo, Klemens S. Kolo, dan Agustina I. Kolo
Alamat Ayah                  : Mamsena, DesaLetneo Selatan, Kec. Insana Barat, TTU
Alamat Ibu                    : Mamsena, DesaLetneo Selatan, Kec. Insana Barat, TTU
Pekerjaan Ayah              : Guru
Pekerjaan Ibu                : Ibu rumah tangga


KABINET DJUANDA



Berdiri 9 April 1957 dan berakhir 5 Juli 1959. Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik. Dipimpin oleh Ir. Juanda dengan beberapa  Programnya yang disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
1.        Membentuk Dewan Nasional
2.       Normalisasi keadaan Republik Indonesia
3.       Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
4.       Perjuangan pengembalian Irian Jaya
5.       Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Dan hasil yang diperoleh dalam pelaksanannya yakni :
1.        Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
2.       Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
3.       Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
4.       Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Selain itu ada kendala atau Masalah yang dihadapi yakni :
1.        Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2.       Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3.       Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
Dengan begitu maka berakhirlah kekuasaan kabinet ini. Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan berkahirlah demokrasi liberal dan dimulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.

KABINET BURHANUDDIN HARAHAP


Kabinet ini berawal dari 2 Agustus 1955 dan berakhir 3 Maret 1956. Dipimpin oleh Burhanuddin Harahap. Program kabinetnya:
1.        Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah
2.       Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3.       Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4.       Perjuangan pengembalian Irian Barat
5.       Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Dalam pelaksanaannya Kabinet Burhanuddin Harahap berhasil :
1.        menyelenggarakan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2.       Melaksanakan Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
3.       Memberantas korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
4.       Membina hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5.       Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Tetapi Kabinet ini mengalami kendala atau Masalah yang yakni Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.

KABINET ALI SASTROAMIJOYO II



Kabinet ini didirikan pada 20 Maret 1956 dan berakhir 4 Maret 1957. Kabinet ini merupakan cabine pengulangan dengan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU yang dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo. Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
1.        Perjuangan pengembalian Irian Barat
2.  Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3.       Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4.       Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5.       Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah
1.        Pembatalan KMB
2.       Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif
3.       Melaksanakan keputusan KAA.
Dengan program-program tersebut maka hasil dari cabinet ini adalah Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Dan kendala atau masalah yang dihadapi :
1.        Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
2.       Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
3.       Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya
4.       Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional
5.       Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet yakni Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.